Sejarah pada Keraton di Kota Yogyakarta

Sejarah berdirinya keraton di Yogyakarta


Pada abad ke-18, Kesultanan Mataram mengalami konflik internal, termasuk persaingan antara keluarga kerajaan dan tekanan dari VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) yang ingin mengendalikan kekuasaan di Jawa. Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755) menjadi solusi untuk mengakhiri konflik ini, meskipun pada kenyataannya lebih menguntungkan VOC karena membagi kekuatan Mataram.

Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati

Melalui Perjanjian Giyanti, Kesultanan Mataram dibagi menjadi dua:

  • Kesunanan Surakarta, dipimpin oleh Sunan Pakubuwono III.
  • Kesultanan Yogyakarta, dipimpin oleh Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengkubuwono I.


Pada masa Sultan Hamengkubuwono I hingga Sultan Hamengkubuwono III, Kesultanan Yogyakarta menjadi pusat kekuasaan yang kuat dan berpengaruh di Jawa Tengah. Selain sebagai pusat pemerintahan, Keraton juga berperan sebagai pusat seni, budaya, dan spiritual. 

Selama penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang, Keraton tetap berfungsi sebagai pusat tradisi, meskipun perannya dalam pemerintahan mengalami penurunan. Sultan tetap mempertahankan pengaruh sebagai pemimpin adat dan simbol budaya Jawa.

Pada masa perjuangan kemerdekaan, Sultan Hamengkubuwono IX memainkan peran penting:

  • Pada 5 September 1945, Sultan menyatakan bahwa Kesultanan Yogyakarta bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
  • Yogyakarta menjadi ibu kota Indonesia sementara pada tahun 1946–1949 saat Jakarta diduduki Belanda.
Keraton terus menjadi simbol identitas Jawa dan pusat pelestarian seni, tradisi, dan adat istiadat.
Berbagai festival budaya yang diselenggarakan oleh keraton menarik perhatian wisatawan lokal dan internasional. 

UU Nomor 13 Tahun 2012 mempertegas posisi Sultan sebagai gubernur DIY tanpa pemilihan langsung, memperkuat hubungan keraton dengan pemerintahan modern. Sultan Hamengkubuwono X memainkan peran aktif dalam pembangunan Yogyakarta sebagai daerah maju dengan tetap mempertahankan kearifan lokal.

Keraton menjadi destinasi wisata unggulan di Yogyakarta dan pusat diplomasi budaya, memperkuat pengaruhnya di tingkat nasional dan internasional. Pengaruh Keraton Yogyakarta dari masa ke masa berkembang dari pusat kekuasaan politik menjadi pusat kebudayaan dan simbol identitas masyarakat Jawa. Meskipun perannya dalam politik nasional telah berubah, Keraton tetap relevan sebagai penjaga tradisi, mediator sosial, dan ikon kebudayaan yang dihormati hingga kini.

Penulis : Johannes Stephanus

Comments

  1. Terimakasih ilmunya kak

    ReplyDelete
  2. Ohh ternyata keraton peninggalan belanda! Baru tau

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Jelajahi Keindahan Bali

Venice: Kota Kanal dan Arsitektur Menakjubkan di Italia

Tips dan Trik Travel biar perjalananmu auto lancar!